Senin, 30 Januari 2017

Bukan (Sekedar) Capuccino

Gelembung-gelembung putih berkuak lembut dalam paduanya
Pekat kelabu setiap jamahan sudu dasar mengikuti kuasa hati
Beradukan rona putih deragem setiap lapisan
Bertaburkan abuk halus lembut gesekan tangan
Sentuhan lekuk-lekuk indah mahakarya atmosfer hati

Kecermatan presisi melahirkan kesempurnaan perisa
takaran tepat kunci kesempurnaan kenikmatan
terpupuknya kesabaran, ketelatenan sang pereka cipta
Demi sebuah kesempurnaan khalis capucino

Tidak hanya sekedar capucino sebagai gairah kenikmatan melepas dahaga
Tidak hanya sekedar capucino sebagai figur motivasi
Tidak hanya sekedar capucino sebagai pelepas payah
Tidak hanya sekedar capucino sebagai pelepas jemu
Bukan hanya sekedar harum
Bukan juga hanya sekedar cantik
Tapi Estetika utama penunjang performa
Tanpa kepekatan khalis capucino tak akan mereguk kenikmatannya

Menciptakan keseimbangan, keindahan dan kelembutan
Kepribadian khas insan menghadapi reklame kehidupan
Ciri khas pecinta capucino, menjadikannya jiwa spesial
Lembut anggun mencintai keindahan
sejatinya tahu penting akan secangkir capucino

Untuk menikmati kebersamaan
Suara Perempuan

Jejak sejarah apa yang harus saya tinggalkan dalam hidup ini ?
Menjadikan jenis kelamin sebagai penghalang
Terlahir dengan keterbatasan dalam mewujudkan impian
Kodrat, merasa tidak pantas memimpikan apa pun
Pemikiran yang kerdil dan stagnan
Tidak pantas maju sejajar dengan kaum laki – laki
Dipandang sebagai aib, tidak lebih dari makhluk lemah

Dapur, kasur, dan sumur dunia kami
Sebagai koki handal untuk para pemuja kami
Sebagai alat pemuas nafsu birahi pemuji kami
Sebagai pelayan bangun disenja malam, tidur disenja pagi
Itukah makhluk kelas dua yang dijajah

Kependekan berpikir, melihat dirinya sendiri tidak mampu
Menunggu orang lain mengubah hidup kami
Diri sendiri sebagai penghalang kemajuan
Diri sendiri menjadi stagnan, lemah, ditelan sejarah
Itukah makhluk kelas dua yang tidak percaya diri

Apa hasrat untuk menolak
Takdir menggariskan kami makhluk serba terbatas
Apa hasrat untuk menolak
Adat dan tradisi mengikat tubuh kami
Apa hasrat untuk menolak
Stereotip dan konstruksi sosial mendeskripsikan kami sejak lama

Mata, hati, dan pikiran tertutup
Menerima apa yang sudah digariskan
Menerima hidup ini diubah oleh orang lain
Menerima stereotip yang menempel sejak lama
Menjalani dimensi kehidupan ala kadarnya
Meninggalkan sebagai makhluk yang juga memiliki segala potensi
Tau kah engkau makhluk kelas dua juga memiliki impian ?
Menjelajah dunia layaknya Ibnu batutah

Pembaharuan zaman
Status diri lebih didadulukan sebelum memperjuangkan status bangsanya
Mengaktulisasikan diri dan berkarya
membuat sejarah dan warisan berharga bagi generasi mendatang
prinsip hidup hanya sekali

membuat hidup berartilah yang menjadi pemenang dan berumur panjang

Jumat, 20 Januari 2017

Hati yang Sendu

Gemercik air yang membasahi diri ini
Ketika seorang anak manusia memiliki cinta kepada seseorang
Yang dirasakan tidak hanya hatinya
Tapi tangan, kaki, mata, seluruh jiwa merasakannya

Rasa cinta dari hati menuju ketangan
Kau sentuh tangan ini untuk saling mengenal
Rasa cinta dari hati menuju kaki
Keinginan langkah ini untuk bisa berhadapan tepat dihadapanmu
Meski terasa sulit kaupun tak menyadarinya
Rasa cinta dari hati menuju mata
Ketika kau hampiri sosok ini untuk saling mengenal dan beradu mata denganmu

Ketika seorang anak manusia memiliki cinta kepada seseorang
Jiwa dan tubuhnya merasakan getaran itu
Tapi mereka seolah-olah bisu
Berpura-pura, dan menyembunyikan
Apakah itu cinta ?
Cinta adalah kepura-puraan
Tak mampu berkata jujur
Padahal hati terus merindu akan kehadirannya